Jumat, 10 September 2010

PENDIDIKAN MEDIA BAGI ANAK DAN REMAJA

ditulis oleh Sri Maryuni

Saat ini kita sedang berada dalam suatu era yang teramat mengkawatirkan terutama dengan anak-anak dan remaja hubungannya dengan perkembangan media komunikasi baik cetak maupun elektronik dan digital.Ibarat telur diujung tanduk anak dan remaja adalah telurnya.Mari kita lindungi mereka dari pengaruh negatif media.Melalui pendidikan media yang dimasyarakatkan mulai dari Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.Bukan berarti kita larang mereka menggunakan media,tetapi kita cerdaskan mereka ,agar mereka tahu bagaimana seharusnya menggunakan media.

Kita bersyukur ada sebuah usaha baru untuk menyelamatkan anak bangsa yaitu " Pendidikan Media "oleh YPMA kerja sama dengan UNICEF kita sambut kehadirannya dengan suka cita betapapun itu adalah Dewi Kwuan In yang turun ke dunia untuk melindungi generasi kita agar tidak tergilas globalisasi.Kita sepantasnya menangis melihat anak dan remaja kita menjadi korban wajah buruk Dewa Janus dari media.Tapi kita akan lebih menangis manakala kita sebagai orang dewasa membiarkan bahkan menfasilitasi mereka dan meracuni mereka serta membiarkan mereka berenang berlumuran lumpur pekat yang terpancar dari sisi gelap media seperti televisi,internet dan HP.Agar kita punya bekal untuk melindungi mereka dan mendongeng menghantarkan mereka ke wajah Dewa Janus yang putih berseri harum mewangi menghiasi hati suci yang sedang tumbuh menjadi dewasa yaitu sisi terang dari media Televisi,HP dan internet.Jadikan HP,internet dan televisi sebagai sahabat yang menjadikan kita tambah ilmu,tambah wawasan,dan tambar cerdas serta tambah bijak dalam mengarungi hidup ini agar terbentuk generasi yang mandiri,mampu mengatasi segala masalah yang dihadapi, Sebelum kita membuat anak didik kita melek media kita harus memahami tentang Pendidikan Media .

TENTANG PENDIDIKAN MEDIA !

Perkembangan dunia komunikasi dan transportasi sangat cepat .Khususnya perkembangan teknologi digital itu menjadi tantangan berat bagi dunia pendidikan dan orangtua dalam menyiapkan anak didik untuk dapat menghadapi laju perkembangan media digital yang beraneka ragam bentuk ,model dan format. Tanpa ada pendidikan yang sungguh-sungguh disertai perubahan perilaku nyang nyata serta penyiapan mental yang sungguh-sungguh, maka bisa diperikirakan bahwa anak-anak dan remaja akan menjadi korban dari perkembangan teknologi media yang didominasi dengan hiburan yang cenderung tidak sehat dengan muatan bisnis yang kental.

Misalnya media televisi , banyak tayangan-tayangan yang tidak diperuntukkan bagi anak hal ini tentunya akan berdampak negatif bila anak nekat menontonnya.D,ampak negatif dari tayangan-tayangan yang tidak aman tentunya perlu diwaspadai. Dewasa ini, media televisi sangat memengaruhi anak-anak dengan program-programnya yang banyak menampilkan adegan kekerasan, hal-hal yang terkait dengan seks, mistis, dan penggambaran moral yang menyimpangtayangan sinetron yang menggunakan bahasa kasar serta contoh perilaku buruh misalnya perilaku kejam,merendahkan orang tua dsb. Tayangan televisi yang sangat liberal membuat tidak ada lagi jarak pemisah antara dunia orang dewasa dan anak-anak. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di negara-negara liberal, namun juga di negara-negara berbudaya timur, karena besarnya infiltrasi media televisi di berbagai penjuru dunia. Dengan kata lain, anak-anak zaman sekarang memiliki kebebasan untuk melihat apa yang seharusnya hanya ditonton oleh orang dewasa.

Di Amerika serikat, dampak media massa terutama televisi dan video game, semakin membuat para orangtua kuatir. Data yang ada menunjukkan bahwa para remaja Amerika Serikat dengan rata-rata usia 15 tahun, menyaksikan aksi pembunuhan brutal sebanyak 25 ribu kali dari televisi dan 200 ribu kali tindak kekerasan dari media massa lainnya. Antara tahun 1950 sampai 1979, terjadi peningkatan jumlah kejahatan berat yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah 15 tahun di AS, sebesar 110 kali lipat, yang berarti peningkatan sebesar 11 ribu persen ("Fenomena Kekerasan Masyarakat Modern", 2007).

Hubungan timbal balik antara anak dengan media

Dari berita di televisi sering kita mendengar berita tentang pembunuhan,perkosaan,perampokan dsb.Gambar-gambar tentang korban kekerasan ditampilkan secara fullgar.Hal ini tentunya akan menjadi sumber inspirasi bagi anak dan remaja untuk cenderung meniru.,tidak hanya itu tayangan sinetron yang sering menggunakan bahasa kasar membuat anak dan remaja menirunya dan justru menjadikan tokohnya sebagai icon gaul anak-anak dan remaja..Akibat dari maraknya foto porno di HP membuat remaja SMP ditemukan bugil di rumah kosong.Sungguh sebuah pemandangan yang membuat kita meneteskan air mata.Tidak heran jika dari waktu ke waktu, banyak sekali kasus mengenai dampak media terutama siaran televisi di Indonesia. Misalnya, akibat meniru adegan di televisi, seorang anak kehilangan nyawanya. Maliki yang berusia tiga belas tahun, tewas setelah mempraktikkan adegan bunuh diri dalam film India di televisi. Rentetan kasus dampak negatif televisi seakan tidak ada habisnya. Masih segar dalam ingatan, kasus "Smack Down" yang juga menelan korban jiwa. Reza, seorang siswa Sekolah Dasar menjadi korban, setelah temannya mempraktikkan adegan smack down kepadanya. Ternyata kasus Reza bukan kasus yang terakhir, ada kasus lainnya di Bandung yang berkaitan dengan tayangan Smack Down. Angga Rakasiwi yang berusia 9 tahun, seorang murid Sekolah Dasar Babakan Surabaya 7 di Kiaracondong, memar-memar karena bermain ala Smack Down dengan teman sekelasnya. Raviansyah (5 tahun), murid sebuah Taman Kanak-kanak di Margahayu Kecamatan Margacinta, terluka setelah bermain Smack Down dengan temannya. Raviansyah bahkan kabarnya sempat muntah darah.

Dampak negatif televisi tidak hanya pada perubahan perilaku, tetapi juga kepada karakter dan mental penontonnya, terutama anak-anak. Stasiun televisi cenderung menyajikan tayangan yang homogen pada pemirsanya. Meski judulnya beragam namun sebenarnya isinya hampir seragam. Beberapa jenis tayangan tersebut di antaranya adalah, sinetron yang kerap dibumbui dengan kekerasan, hedonisme, seks, mistik atau berbagai tayangan infotainment yang disuguhkan dari pagi hingga petang. Ketika diprotes, produser dan pengelola siaran televisi akan beralasan bahwa tayangan-tayangan tersebut dibuat sesuai selera pasar. Buktinya ratingnya tetap tinggi yang berarti diminati oleh masyarakat.

Kasus lain adalah keluhan seorang ibu karena anaknya yang berusia 3,5 tahun bicaranya cadel dan tergagap-gagap. Ternyata anak tersebut meniru karakter utama dalam sinetron Si Yoyo. Sinetron tersebut menampilkan sosok pemuda lugu, yang memiliki perilaku dan pola pikir seperti anak kecil. Terbukti bahwa sinetron tersebut telah menjadi "sihir" bagi anak-anak, sehingga banyak yang meniru karakter si Yoyo.

Setidaknya ada 3 hal penting yang perlu disimak dalam menelaah interaksi antara anak dengan media massa: Pertama, intervensi media terhadap kehidupan anak akan makin bertambah besar dengan intensitas yang semakin tinggi. Pada saat budaya baca belum terbentuk, budaya menonton televisi sudah sangat kuat. Kedua, kehadiran orangtua dalam mendampingi kehidupan anak sehari-hari akan semakin berkurang akibat pola hidup masyarakat modern yang menuntut aktivitas di luar rumah. Ketiga, persaingan bisnis yang makin ketat antar media dalam merebut perhatian khalayak termasuk anak-anak telah mengabaikan tanggungjawab sosial, moral, dan etika, serta pelanggaran hak-hak konsumen. Hal ini diperparah dengan sangat lemahnya regulasi di bidang penyiaran.

Munculnya berbagai dampak tersebut, pada umumnya dapat dilihat sebagai akibat dari kurangnya pemahaman orangtua dalam mengatur dan menjembatani interaksi anak dengan televisi. Dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan orangtua dan guru, mereka merasa tidak berdaya dalam menghadapi persoalan ini. Mereka lebih meletakkan harapan pada peran pemerintah dan industri penyiaran televisi agar mendisain ulang program siaran mereka yang sesuai dengan nilai-nilai dan budaya Indonesia sehingga tidak berpengaruh buruk pada anak-anak. Sikap ketidakberdayaan inilah yang harus dikikis dengan memberikan penyadaran bahwa kuncinya bukanlah pada orang lain atau pihak lain, tetapi ada pada si orangtua dan anak itu sendiri. Karena, baik pemerintah maupun industri penyiaran televisi adalah dua pihak yang pada saat ini tidak bisa diharapkan dan tidak akan mampu memenuhi harapan para orangtua.

Untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif buruk dari televisi tentunya tidak dapat didiamkan begitu saja. Dibutuhkan sebuah kemampuan untuk menyikapi media ini dengan bijaksana. Tapi bagaimana mungkin masyarakat dapat bersikap kritis terhadap media jika masyarakat tidak diajarkan bagaimana caranya. Hal ini juga menjadi salah satu kelemahan kurikulum pendidikan di Indonesia. Pendidikan mengenai media hampir terlupakan. Agenda pendidikan media sama sekali belum diperhitungkan oleh penyelenggara negara, khususnya pemegang otoritas pendidikan. Padahal media memiliki kekuatan untuk menjalankan hidden curriculum (kurikulum terselubung) baik yang konstruktif maupun destruktif.

Hal penting yang harus kita lakukan untuk mengurangi dampak negatif media :

Sehubungan dengan hal tersebut di atas masih belum terlambat jika kita membuat semacam jaring pengaman untuk anak-anak kita.Ada beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :

1.Kita berikan pendidikan media kepada anak didik kita.gunakan gambar dan foto-foto yang menarik kalau perlu pakai video sehingga mereka suka.Rasa suka inilah yang akan membuat mereka lebih mudah dituntun ke perubahan perilaku ke arah positif.

2.Berikan tugas rumah kepada mereka,agar dapat mempertajam sikap kritis terhadap
tayangan-tayangan di televisi.
Misalnya : tugas menulis kata-kata kasar dari sinetron,film kartun kemudian anak
disuruh menulis pengaruh buruh dari tayangan tersebut.Juga siswa disuruh menulis
hal negatif dari sebuah tayangan sinetron dan akibatnya jika kita melihat
tayangan tersebut secara terus-menerus.
3.Jadikan perilaku kritis media sebagai kebiasaan dalam kehidupan anak sehari-hari.
4.Dampingi anak ketika melihat televisi.
5.Guru memberikan tambahan tugas rumah,hal ini untuk mengurangi dan mengalihkan
perhatiaannya mereka dari nonton TV.
6.Dilaksanakan lomba menulis tentang tayangan televisi yang cocok untuk anak dan
yang tidak cocok untuk anak serta pengaruhnya. kegiatan ini bisa dilakukam mulai
dari tingkat sekolah,Kecamatan kemudian tingkat kota.
7.Anak disuruh membuat semacam buku kegiatan harian yang isinya pukul berapa
belajar ,apa yang dipelajari,dan pukul besara nontoh televisi dan acara apa yang
ditonton serta dampak negatifnya terhadap anak.Buku tersebut setiap hari diisi
dan setiap pagi sebelum pelajaran dimulai sudah ditumpuk di meja guru,Guru harus
melihat dan memberikan tanda tangan.hal ini sekaligus dilakukan untuk mengetahui
apakah anak belajar di rumah atau tidak.

Disamping itu guna membuat jaring pengaman yang lebih luas,ada beberapa hal yang bisa kita lakukan yaitu :

1.Melalui KKG dikembangkan semacam leason stady tentang pembelajaran yang
mengintegrasikan pendidikan media,

2.Melalui KKG kita sampaikan pentingnya Pendidikan Media bagi anak dan memberikan
motifasi agar mereka mamahami dan menyadari betapa pentingnya pendidikan media
bagi anak.
3.Melalui kelompok PKK baik ditingkat Rt atau RW kita sampaikan tentang pendidikan
Media serta dampak negatifnya dan tentang melek media kepada ibu-ibu secara
bertahap sedikit demi sedikit dan dievaluasi apakah ada perubahan perilaku anak
atau belum,jikalau belum nampak perubahan maka kegiatan perlu ditingkatkan lagi.
4.Melalui kegiatan kelompok Bapak-bapak baik ditingkat Rt atau RW,perlu
disosialisasikan tentang Pentingnya Pendidikan Media dan melak media.
5.Melalui kelompok karang taruna diadakan lomba tentang pemilihan dalam menonton
acara TV dan aman dan lomba siapa yang paling sedikit menggunakan waktunya
menontoh TV.
6.Bila dalam wilayah Rt atau RW setempat anak warnet maka kerjasama dengan pengurus
Rt dan RW untuk mengontrol anak-anak dan remaja yang menggunakan internet.
7.Orang tua harus memahami benar kegiatan anaknya,jangan mudah percaya bila anak ke
warnet,sesekali buntuti mereka tapi jangan sampai mereka tahu !
8.Memperketat izin membuka usaha warnet .

PEMBELAJARAN TEMATIK

ditulis oleh Sri Maryuni

Ujung tombak kemajuan sebuah negara terletak pada bidang pendidikan.Pendidikan merupakan penyangga utama dari berdirinya sebuah negara.Negara akan maju manakala pendidikan digarap dan dikedepankan.Termasuk juga insan-insan pendidikan haruslah peka terhadap gejala yang muncul.Sumber daya manusia yang cerdas dan sehatlah yang bisa melakukan perubahan demi kemajuan.Karena itu pendidikan memegang peranan penting.Negara yang maju adalah negara yang memiliki sumber daya manusia yang cerdas-cerdas.Sumber daya manusia yang cerdas dapat dimiliki apabila sistem pendidikannya mampu mencetak peserta didik yang cerdas.Sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi yang cerdas adalah sistem pendidikan yang mengedepankan kualitas .Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan apabila sarana dan prasarana tercukupi serta pembelajaran lebih mengutamakan proses dan inovatif seiring dengan perkembangan zaman.Proses pembelajaran yang inovatif akan mendorong siswa untuk menemukan sendiri konsep yang ingin disampaikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) dan meningkatkan minat belajar siswa.Minat belajar siswa dapat dibangun melalui proses pembelajaran yang membuat siswa senang .Siswa akan lebih senang lagi apabila keinginan mereka terpenui dan pembelajaran sesuai benar dengan tingkat perkembangan mereka.Bukankah saat ini kelas awal memang masih dalam usia suka bermain.Siswa akan semakin senang belajar apabila proses penanaman konsep berlangsung tanpa paksaan apalagi kekerasan serta siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri dan diberi kesempatan menyampaikan gagasannya serta mengembangkan bakat dan minatnya seperti yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9) dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).Berdasarkan landasan yuridis tersebut jelas bahwa kita diwajibkan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kecerdasannya sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga minat belajar anak dapat ditingkatkan.

Sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia 6-8 tahun menurut Piaget bahwa anak seusia tersebut masih senang bermain,sehingga pembelajaran yang mampu membuat anak senang adalah pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan tingkat perkembangan dan minat siswa.Terutama untuk peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini.Tidak heran jika anak usia kelas awal akan lebih suka bermaian ketimbang mengerjakan tugas dari guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran per hari. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Tingginya angka tinggal kelas , pelaksanaan pembelajaran yang terpisah juga rendahnya minat siswa untuk belajar baik dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah maupun di rumah.Pembelajaran yang kurang memperhatikan minat siswa .Penanaman konsep yang cenderung dipaksakan masih sering terjadi .Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang menuntut anak hanya diam mendengarkan dengan tangan disilang di meja,tidak boleh bicara kalau bicara dimarahi gurunya .Kondisi seperti ini semakin membuat anak cepat bosan dan menurunnya minat belajar serta anak cenderung malas sekolah dan malas belajar. Hal lain yang terjadi yaitu banyaknya siswa yang tidak masuk sekolah pada kelas-kelas awal,Selain itu pembelajaran yg dipetak- petak per mapel membuat penanaman konsep di otak anak juga terpetak-petak sehingga sulit terbangun stuktur konsep yang bermakna konsep-konsep dasar yang masuk tidak dapat membentuk jaringan informasi atau scemata yang kuat .Hal ini dapat dilihat rendahnya tingkat pemahaman anak.Sebagian besar anak tahu karena hafal tetapi kurang faham.
Cara mendesain Pembelajaran Tematik
1.Lakukan bedah kurikulum untuk melakukan pemetakan SK/KD ke dalam tema yang telah
ditentukan.
2.Hitunglah banyaknya KD yang masuk dalam tema yang telah ditentukan kemudian
jumlahkan.
3.Untuk menentukan alokasi waktu pada setiap tema,hitunglah banyaknya mingu
efektif pada setiap semester kemudian banyaknya minggu efektif dibagi banyaknya
tema, untuk tema yang jumlah KDnya lebih banyak maka waktu yang dibutuhkan juga
lebih banyak,alokasi waktu setiap tema tidak sama.
4.Kemudian masukkan tema dan banyaknya minggu efektif di setiap tema ke dalam Program
tahunan.
5.Setelah program tahunan dibuat,buatlah program semester

Untuk membuat program semester caranya :
a.Lihat kembali pemetakan SK/KD ke dalam tema
b.Perhatikan KD yang masuk kedalam tema tersebut untuk semua mata pelajaran
c.Masukkan semua KD yang telah dipetakkan dalam satu tema( Jangan lupa untuk semua t
ema dimasukkan ) tertentu ke format Program Semester.
d.Setelah semua tema di tata di program semester,dilanjutkan dengan penyususnan
silabus
e.Berdasarkan program semester yang sydah ada,buatlah jaring-jaring tema ) bisa
dibuat perminggu )
f.Selesai membuat jaring-jaring tema barulah dibuat silabus
Untuk mempermudah pelaksanaan dan penyusunan silabus dibuat per hari.
g. Selesai menyususn silabus barulah menyususn RPP

Krtiteria yang menjadi pertimbangan ketika memetakkan SK/ KD ke tema yg ditentukan
1.Perhatikan tingkat kesulitan KD tersebut,semakin sulit KD tersebut maka lebih
banyakwaktu yang dibutuhkan untuk mengulang sehingga anak benar-benar memiliki
kompetensi.maka KD tsb dapat dimasukkan ke beberapa tema,untuk KD yang tingkat
kesulitannya rendah cukup dimasukkan ke satu tema atau dua tema.
2.Perhatikan tingkat urgensi ( pentingnya ) seperti misalnya membaca permaulaan,
menghitung dasar harus diulang-ulang dibeberapa tema sampai anak benar-benar mampu
membaca permulaan dan trampil menghitung dasar ( menjumlah dan mengurangi ) jadi KD
tersebut bisa dimasukkan ke beberapa tema.
sebenarnya saya sudah menyiapkan seperangkat contoh cara mendesain pembelajaran
tematik tapi akan saya lanjutkan lain kali,bila membaca menghendaki dan saya juga
mempunyai 10 macam cara pembelajaran tematik dengan permainan,lengkap dengan bukti
penelitihan implementasi pembelajaran tematik dengan permainan tersebut ,bila
pembaca menginginkan akan saya tampilkan atau silahkan menghubungi saya di e-mail
saya ( srimaryuni @gmail.com )

MELINDUNGI ANAK DARI BAHAYA INTERNET

Ditulis : Sri Maryuni N,S.Pd.
Internet sudah menjadi barang kebutuhan sehari-hari.Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan Internet semakin luas di kalangan masyarakat. Banyak keluarga telah menggunakan jasa langganan Internet, sehingga di dalam rumah, anggota keluarga dapat mengakses Internet dengan mudah. Begitu juga dengan kehadiran telepon seluler yang memungkinkan seseorang dapat mengakses Internet kapan saja dan dari mana saja. Internet dapat memberikan manfaat positif, tetapi juga dapat berdampak negatif. Seorang anak yang menggunakan Internet sering kali menjadi sasaran empuk dari orang-orang yang berniat jahat maupun pornografi. Perkembangan tehnologi terutama dunia internet sudah bukan barang baru & asing di kalangan sebagian besar masyarakat, mulai dari perkotaan hingga pelosok desa dapat mengaksesnya. Berbagai bentuk informasi dan layanan tersedia tanpa batas. Selain memiliki dampak positif juga berdampak negatif. Permasalahan kemudian muncul adalah apabila efek atau dampak negatif ini tidak dibarengi dengan kesiapan dan antisipasi dalam penanggulangannya secara dini.
Disamping hal negative hal positif dari Internet ternyata dapat berakibat buruk bila digunakan secara tidak bertanggung jawab. Banyak anak yang ketagihan atau kecanduan Internet sehingga mereka betah berlama-lama di depan komputer sehingga lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan, mandi bahkan enggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu menyukai Internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chating atau e-mail. Dalam game online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.Hal tersebut benar2 akan membuat anak kecanduan.ciri-ciri seorang anak yang sudah kecanduan Internet umumnya adalah akan marah bila Anda membatasi untuk menggunakan Internet. Dia juga cenderung enggan berkomunikasi dengan orang lain dan bersifat tertutup atau hanya mau berteman dengan orang tertentu saja.Jadi selain banyak manfaatnya,ada juga bahayanya diantaranya :

1.Pornografi Internet

Pornografi di internet sangat membahayakan bagi anak dan remaja karena bisa membuat anak kecanduan.Yang lebih memprihatinkan adalah bila seorang anak ketagihan pornografi di Internet. Sebagian besar waktunya akan dihabiskan di sana bahkan lebih dari 500 situs porno akan diakses dalam seminggu. Benar-benar angka yang memprihatinkan. Ini tidak hanya melanda anak-anak dan remaja, kerena banyak orang dewasa yang juga ketagihan pornografi di Internet karena dengan mudah dan tanpa malu, seseorang dapat mengakses dan melihat gambar-gambar porno bahkan melalui telepon genggam.Mula-mula, mungkin seorang anak tidak berniat untuk melihat pornografi dan akan memanfaatkan Internet untuk tujuan yang baik. Tetapi, situs porno ini dapat muncul secara tiba-tiba saat seorang anak mencari bahan informasi untuk tugas sekolahnya atau untuk keperluan lainnya. Seorang anak yang masih lugu belum dapat menilai baik atau buruknya suatu hal, maka seorang anak usia 8-12 tahun sering menjadi sasaran.
Padahal saat usia anak 8-12 otak depan seorang anak belum berkembang dengan baik. Sedangkan otak depan adalah pusat untuk melakukan penilaian, perencanaan dan menjadi eksekutif yang akan memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Pada otak belakang merupakan pendukung dari otak depan. Di sini juga dihasilkan dopamin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan nyaman, rileks atau fly pada seseorang.
Bagi anak atau remaja yang sudah kecanduan akan sulit menghentikan kebiasaan tersebut sehingga dia akan melakukan hal tersebut berulang kali. Anak dapat merasa bersalah tetapi tidak berani mengutarakan perasaannya kepada orang-tuanya karena takut atau kesibukan ayah dan ibunya. Dalam keadaan cemas, otak berputar 2,5 kali lebih cepat dari putaran biasa pada saat normal. Akibat perputaran yang terlalu cepat ini, otak seorang anak dapat menciut secara fisik sehingga otak tidak berkembang dengan baik. Suatu keadaan yang dapat merusak masa depan seorang anak. Selain itu, gambar-gambar cabul yang ada di situs web porno, biasanya akan melekat dan sulit untuk dihilangkan dalam pikiran anak dalam jangka waktu yang cukup lama.

2.Predator Seksual

Internet juga sering dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengelabui anak-anak. Banyak predator seksual setiap hari yang memanfaatkan ruang rumpi (chatting room) untuk berkenalan, kemudian mengajaknya untuk melakukan hubungan seks. Bila tidak berhati-hati, pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat mencuri identitas pribadi yang dapat digunakan untuk melakukan kejahatan.
Faktor yang menyebabkan anak dan remaja mengakses situs porno diantaranya kurangnya pendidikan dan perhatian orang tua. Inilah yang menyebabkan maraknya situs-situs porno di Indonesia. Bukan hanya itu saja, tapi di karenakan sikap ketertutupan orang tua tentang gambaran pemahaman sex yang benar kepada anak-anaknya.
Jika sejak dini anak-anak telah diajarkan tentang pemahaman sex yang benar dan orang tua lebih terbuka dalam melakukan pendampingan tentang pemahaman sex yang benar, setidaknya permasalahan-pemasalahan sosial terutama pornografi dapat lebih tertanggulangi di masyarakat. Murahnya biaya untuk menyewa internet di warnet dan download gambar-gambar porno serta penyimpanannya yang relatif mudah seperti di flashdisc atau CD, juga turut berkontribusi.
Kondisi ini sangat memprihatinkan sekali untuk tahun-tahun mendatang. Seharusnya jika ini sudah terjadi dan fakta telah di temukan dimana-mana, pemasangan internet jangan hanya melihat kuantitasnya saja, tapi kualitasnya juga, jika kualitas internet sangat diperhatikan, bukan tidak mungkin internet mulai detik ini menjadi media informasi yang sehat, dapat menambah wawasan dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, bukan menjadi media yang akan menimbulkan masalah sosial baru yang berdampak negatif di kalangan anak-anak, remaja dan pelajar. Hal ini tidak membutuhkan sedikit waktu, pikiran, tenaga dan biaya untuk Memperbaiki masa depan seorang pelajar yang telah kecanduan dengan pornografi membutuhkan waktu, pikiran, tenaga dan biaya yang tidak sedikit, belum lagi dampak kualitas generasi yang terdegradasi.
Beberapa langkah bagi para orangtua untuk dapat memproteksi keluarganya saat koneksi online internet :
1. Buat aturan yang jelas dan tegas dalam menggunakan Internet. Orangtua harus
menjelaskan tentang esensi dari aturan itu demi menghindari masalah yang mungkin
terjadi bila hal itu dilanggar.
2. Komunikasi antar orangtua dan anak harus tetap terjaga dan terjalin dengan baik
dan harmonis. Orangtua harus memberi perhatian penuh terhadap apa yang anak-anak
mereka lakukan dan siapa yang mereka temui di saat online. Tentunya tanpa membuat
sang anak ketakutan dan merasa kehilangan kebebasannya berinternet.
3. Orangtua harus mengajarkan anaknya agar tetap menjaga kerahasiaan informasi yang
bersifat personal dan pribadi terhadap orang yang ditemuinya di dunia maya.
4. Gunakan teknologi terkini melalui penggunaan software proteksi terhadap situs
yang mengandung materi pornografi demi menghindari risiko kejahatan online.
5. Berikan pendidikan sex dini dan penyakit yang akan muncul bila melakukan hubungan
sex sebelum waktunya kepada anak dan remaja,sehingga mereka tahu bahayanya bila
sering melihat gambar-gambar porno dan mengakses situs-situs porno
6. Perikan pendidikan media termasuk di dalamnya bahanyanya menggunakan internet di
sekolah yang diintergrasikan dalam pembelajaran.
7. Berikan informasi kepada masyarakat tentang sisi baik dan buruk dunia internet
dan cara melindungi anak serta remaja dari bahaya internet melaui kegiatan PKK
arisan dan kegiatan kelompok di kampung-kampung.
8. Gunakan pendekatan keagamaan kepada anak,agar anak tahu resikonya mengakses
pornografi.
9. Yang paling penting keteladanan dari orang tua dan sikap komitmen harus dibangun
terus baik dari sisi orang tua dan anak dalam hal penggunaan media internet.
10.Tanamkan pendidikan karakter sejak dini baik di sekolah,di rumah maupun di
masyarakat.
11.Biasakan memperhatikan perubahan perilaku anak setelah dia menggunakan internet.
Bila ternyata ada berubahan yang aneh,lakukan pendekatan dan berikan pengertian
serta ingatkan akan bahayanya.

12. Bagi para orang tua cobalah sekali-kali ikuti mereka saat di
internet,tentunya tanpa sepengetahuan mereka lihatlah apa yang mereka
buka,kalau di rumah sudah ada internet bukalah pada riwayat/history ,di situ
akan terhilat situs apa yang baru saja diakses anak.
Dalam hal ini orang tua perlu juga belajar menggunakan internet ( bagi yang
belum bisa).

Sumber : dari berbagai sumber di internet dan modul pendidikan media

PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KARAKTER UNTUK ANAK TK-SD

PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KARAKTER UNTUK ANAK TK-SD

Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020. Kedua tantangan tersebut merupakan ujian berat yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat itu terletak pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas SDM Indonesia adalah dengan memperbaiki kurikulum pendidikan dan metode pengajaran di kelas.Kurikulum Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalahkurikulum yang mempunyai konsep berbeda yang disesuaikan dengan tuntutan jaman dalam menyongsong globalisasi abad ke-21, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kualitas belajar dan mengajar di kelas, serta menghasilkan
 kualitas SDM yang handal. Namun yang menjadi masalah adalah para guru di sekolah belum siap untuk mengalirkan KTSP di kelas,yang memang memerlukan pengetahuan dan keterampilan tentang metode-metode pengajaran yang berbeda dengan sistem lama.Indonesia Heritage Foundation (IHF) telah mengembangkan sebuah model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter yang memfokuskan pada pembentukan seluruh aspek dimensi manusia, sehingga dapat menjadi
manusia yang berkarakter. Kurikulum Holistik Berbasis Karakter ini disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan Student Active Learning, Integrated Learning, Developmentally Appropriate Practices, Contextual Learning, Collaborative Learning, dan Multiple Intelligences yang semuanya dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat
mengembangkan seluruh aspek dimensi manusia secara holistik. Model pendidikan holistik berbasis karakter ini telah dipakai oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam proyek pengembangan “Model Penyelenggaraan BBE (Pendidikan Berorientasi Keterampilan Hidup)
Melalui Pembelajaran Terpadu di TK dan SD Kelas Rendah” (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Taman

Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, 2002), “Model Pembelajaran Tematis: Kelas Layanan Khusus di SD” (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar,2003), “Model Pembelajaran “Aku Cinta Indonesia” (Departemen Perindustrian dan Perdagangan bekerja sama dengan Depdiknas, 2003) dan
TOT Tingkat Nasional “Model Pembelajaran Kecakapan Hidup Berbasis Karakter Bagi Instruktur/Pemandu Tingkat Propinsi, 2004”.Model ini memfokuskan pada pembentukan karakter siswa karena karakter bangsa merupakan aspek penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter bangsa sangat tergantung pada kualitas karakter sumberdaya
manusianya (SDM). Karenanya karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak (Erikson, 1968).
Thomas Lickona - seorang profesor pendidikan dari Cortland University - mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah : (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2)
penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa
tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia. Selain sepuluh tanda-tanda jaman tersebut, masalah lain yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”).

Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving, dan acting”. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat.
Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak beresiko besar mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri. Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia dini dan mengingat usia prasekolah merupakan masa persiapan untuk
sekolah yang sesungguhnya, maka penanaman karakter yang baik di usiaprasekolah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.Thomas Lickona (1991) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral—yang
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur,bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya.Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.
Menurut Berkowitz (1998), kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai-nilai karakter (valuing). Misalnya seseorang yang terbiasa berkata jujur karena takut mendapatkan hukuman,
maka bisa saja orang ini tidak mengerti tingginya nilai moral dari kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memerlukan juga aspek emosi. Menurut Lickona (1991), komponen ini adalah disebut “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat baik.

MODEL PENDIDIKAN HOLISTIK
INDONESIA HERITAGE FOUNDATION
IHF menyediakan materi siap pakai untuk membantu para pendidik dalam melaksanakan KTSP melalui penerapan model Pendidikan Holistik berbasis karakter di sekolahnya (mulai dari TK sampai SD Kelas 6). Model ini memfokuskan pada pembentukan 9 pilar karakter kepada para siswa yang dilakukan secara eksplisit, dan berkesinambungan. Selain itu, pendidikan
karakter bukanlah sesuatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, akan tetapi berkaitan dengan seluruh aktivitas kehidupan. Karenanya program pendidikan 9 Pilar Karakter dapat diintegrasikan ke dalam seluruh mata pelajaran akademis (mulai dari TK sampai Sekolah Dasar, kelas 1-6).
Program yang menyeluruh ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara hati,otak dan otot (Pendidikan Holistik). Diharapkan mereka akan menjadi anak-anak yang berfikir kreatif, bertanggung jawab dan memiliki pribadi yang mandiri (manusia holistik).
Penerapan Konsep Pendidikan Holistik Berbasis Karakter • Metode Pendidikan 9 Pilar arakter
Setiap tema Pilar Karakter diatur untuk dapat diterapkan selama 2 sampai 3 minggu. Masing-masing tema Pilar terdiri dari berbagai macam contoh kegiatan praktis bagi para pendidik yang terfokus pada metode: knowing the good, feeling and loving the good and acting the good.

9 Pilar Karakter tersebut adalah:
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya (love Allah, trust, reverence,loyalty)
2. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian (responsibility,excellence, self  
     reilance,discipline,orderlince )
3. Kejujuran/Amanah dan Arif (trustworthines, honesty, and tactful)
4. Hormat dan Santun (respect, courtesy, obedience)
5. Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama (love,
compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation)
6. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras (confidence, assertiveness,
creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm)
7. Kepemimpinan dan Keadilan (justice, fairness, mercy, leadership)
8. Baik dan Rendah Hati (kindness, friendliness, humility, modesty)
9. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness,
unity)
Disamping 9 Pilar karakter di atas, IHF juga mengembangkan materi untuk mengajarkan kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan pada anak.Metode yang digunakan disebut sebagai “Refleksi Rutin” atau Apperception. Setiap pagi anak-anak diminta untuk mengikuti kegiatan refleksi Pilar selama 15-20 menit sesuai dengan Pilar yang sedang diterapkan saat itu. Pemberian waktu khusus untuk refleksi memberikan
kesempatan pada anak untuk mengekspresikan secara verbal pengetahuannya,
ecintaannya dan bagaimana seharusnya mereka bertindak sesuai pilar.

• Perangkat Modul 9 Pilar Karakter
Buku modul petunjuk pilar juga dilengkapi dengan 112 buku cerita (TK)
dan 140 buku cerita (SD) yang berhubungan dengan pilar yang diajarkan.
Dan dilengkapi juga dengan 10 buah buku kegiatan pendidikan karakter
untuk anak.Modul Pilar juga dilengkapi dengan contoh surat pemberitahuan,
rekomendasi serta kuesioner untuk orang tua. Surat-surat ini bertujuan
mendorong orang tua untuk berpartisipasi dalam menumbuhkan dan
mengembangkan karakter positif pada anak-anak mereka.
 Kurikulum Holistik Berbasis Karakter (Implementasi KTSP)
Kurikulum Holistik Berbasis 9 Pilar Karakter akan membantu seluruh
pendidik dalam menerapkan pedidikan karakter sepanjang tahun ajaran,
yang diintegrasikan dalam seluruh disiplin ilmu. Masing-masing aspek
dari kurikulum diterapkan dengan menggunakan pendekatan Student
Active Learning, Developmentally Appropriate Practices, Integrated
Learning, Contextual Learning, Collaborative Learning, dan Multiple
Intelligences, yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif
dan menyenangkan.

sumber : INDONESIA HERITAGE FOUNDATION

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER

Ditulis oleh Sri Maryuni N,S.Pd

Saat ini ada lagi masalah yang sedang terjadi dan menjadi perbicangan hangat di media masa yakni hilangnya seorang remaja yang ternyata pergi dengan teman kencannya yang dikenalnya di FB,makin maraknya tawuran remaja,banyaknya remaja yang kecanduan situs-situs porno,banyaknya remaja yang menjadi korban narkoba,kriminalitas berdasi makin marak diperbincangkan.Kalau kita mencermati apa yang terjadi di sekitar kita tentunya kita akan bertanya apakah ini tanda-tanda kerusakan zaman.Sekarang kita cermati pendapat Thomas Lickona - seorang profesor pendidikan dari Cortland University - mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah : (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2)penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri,seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia.
Yang perlu kita cermati selain sepuluh tanda-tanda jaman yang sudah disebutkan di atas , masalah lain yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”).Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling,loving,danacting”. pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak beresiko besar mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri. Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia dini dan mengingat usia prasekolah merupakan masa persiapan untuk sekolah yang sesungguhnya, maka penanaman karakter yang baik di usia prasekolah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Thomas Lickona (1991) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral—yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.Menurut Berkowitz (1998), kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai-nilai karakter (valuing). Misalnya seseorang yang terbiasa berkata jujur karena takut mendapatkan hukuman,maka bisa saja orang ini tidak mengerti tingginya nilai moral dari kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memerlukan juga aspek emosi. Menurut Lickona (1991), komponen ini adalah disebut “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat baik.

Untuk mengatasi penyakit masyarakat dan berbagai persoalan yang terjadi belakangan ini serta meningkatnya kualitas pendidikan seperti yang telah disebutkan di atas dan berdasarkan pandangan dari beberapa tokoh yang tertulis di atas ternyata pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi modal dasar untuk mengatasi masalah.Selain mengatasi permasalahan dimasyarakat pendidikan karakter sangat diperlukan sebagai bekal bagi generasi muda yang kelak akan menjadi pemimpin. Pembentukan karater bagi pemimpin tidak dapat dilakukan dengan cara menghapal atau menghitung, karena ini melekat dalam diri setiap manusia dan tergantung dari kemauan diri. Karakter hanya dapat diajarkan kepada generasi muda dengan contoh dan teladan. ”Siswa harus belajar dari pelajaran sejarah dunia. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengandalkan sumber daya manusia bukan sumber daya alam. Karena itu siswa perlu menyiapkan diri dari sekarang, Selain pendidikan karakter, keterampilan dan pengetahuan juga harus disiapkan. Keterampilan dan pengetahuan harus terus ditingkatkan sesuai dengan standar global.

Sumber :www.ihf‐sbb.org IHF Bogor